Kata-Kata Kehidupan

Kata-Kata Kehidupan

Pernahkah kita menghitung kira-kira berapa jumlah kata-kata kita yang terucap dalam sehari?

Sebuah penelitian menemukan bahwa dalam sehari, baik laki-laki maupun perempuan, mengucapkan jumlah kata sekitar 16.000 kata per hari. Berdasarkan jumlah tersebut, pernahkah kita menghitung jumlah kalimat yang membangun (positif) dan menjatuhkan (negatif)? Kira-kira kalimat manakah yang lebih banyak diucapkan?

Lebih jauh lagi, jenis kalimat manakah yang lebih sering terucap ketika berinteraksi dengan keluarga ataupun anak-anak?

Seiring dengan ucapan ataupun kata-kata, tentu tak luput dari lidah. Lidah merupakan anggota kecil dari tubuh. Namun, memiliki kuasa yang besar (Yakobus 3:5). Amsal 18:21 bahkan menuliskan bahwa lidah mempunyai kuasa untuk menyelamatkan hidup atau merusaknya (mematikan) hidup.

Perkataan negatif mungkin memang tidak akan mematikan secara fisik, tetapi terhadap karakter. Kematian secara karakter membuat seseorang sulit maju dan berkembang secara optimal. Ia juga acap kali memiliki rasa harga diri yang buruk dan merasa kurang berarti. Sebaliknya, melalui kata-kata positif, memiliki kuasa untuk menenangkan dan membuat seseorang memiliki semangat hidup (Amsal 15:1 dan 4).

Para orangtua dapat mengaplikasikan beberapa tindakan terkait pemberian kata-kata positif.

Pertama, orangtua dapat memulai dengan kalimat-kalimat positif daripada yang negatif. Adik tidak boleh coret-coret, ya, ini merupakan kalimat yang bersifat negatif atau memiliki unsur kata tidak atau jangan. Pada dasarnya, otak manusia memang didesain untuk mengolah kalimat positif. Otak mengalami kesulitan untuk mengolah kalimat dengan unsur kata tidak atau jangan. Contohnya saja jika disebutkan, Jangan bayangkan seekor kelinci berwarna ungu, seketika itu juga otak membuat gambar seekor kelinci yang berwarna ungu. Hal itulah yang membuat anak-anak cenderung mengerjakan sesuatu yang dilarang (telah dikatakan, Tidak, atau, Jangan, oleh orangtuanya).

Jadi, dari contoh sebelumnya, orangtua dapat mengubahnya menjadi kalimat bersifat positif seperti: Adik, coret-coretnya di karton bekas ini saja, ya. Dengan kata lain, ubahlah kalimat larangan menjadi ajakan, arahan.

Orangtua juga dapat menyertakan sentuhan, senyuman, dan tatapan mata yang hangat terhadap anak ketika sedang mengucapkan ajakan tersebut. Dengan demikian, anak-anak pun akan memaknai ajakan tersebut sebagai stimulus yang menyenangkan, sehingga respons mereka juga akan lebih sesuai dengan harapan orangtua.

Kedua, kalimat positif dapat berarti fokus pada afirmasi. Salah satu bahasa kasih yang dikemukakan oleh Gary Chapman adalah afirmasi atau pujian. Selain itu, pujian atau penghargaan merupakan pupuk yang baik untuk menumbuhkan rasa keberhargaan diri, kepercayaan diri, dan keberanian untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

Douglas Bloch dan Jon Merritt (2006), para konselor dari Oregon, mengatakan bahwa kata-kata yang yang terucap terhadap anak memiliki pesan tersirat tentang anak dan menimbulkan keyakinan tertentu dalam diri anak. Dengan kata lain, keyakinan anak terhadap dirinya sendiri atau hal di luar dirinya berkaitan erat dengan kalimat-kalimat yang sering ia dengar. Apabila kalimat positif yang sering ia dengar, maka keyakinannya terhadap diri ataupun lingkungan menjadi positif.

Karena itu, penting sekali bagi orangtua untuk mengucapkan kalimat positif yang memberikan apresiasi dan afirmasi, tetapi tanpa bermaksud membanding-bandingkan seperti, Kalian adalah kebanggaan Mama dan Papa,Kami mengasihimu, Nak,Apa yang kamu lakukan sungguh baik, Sayang,Usahamu luar biasa. Papa dan Mama bangga, Nak,dan lain-lain. Suatu hari, kalimat-kalimat yang ia atau mereka dengar tersebut akan membentuk penilaian terhadap diri sendiri dan kalimat itu akan terus bergema sampai mereka dewasa. Percayalah.

Ketiga, perkataan positif terkadang berupa tanpa kata-kata. Ada ilustrasi sebagai berikut.

Suatu sore, seorang anak bercerita tentang asyiknya ia bermain di taman. Anak itu bercerita tentang bagaimana ia memanjat pohon, berlarian mengejar kupu-kupu, mengorek-ngorek tanah untuk melihat ke mana perginya cacing kecil, dan lainnya. Namun, mendengar cerita tersebut, mamanya mulai khawatir dan berkali-kali menimpali cerita anak. Aduh, Nak, kamu jorok sekali, tanah kan banyak kumannya kamu manjat-manjat pohon lagi Duuhhh kalau jatuh gimana

Dari ilustrasi tersebut, terlihat bahwa terkadang kalimat negatif tak hanya tersaji dalam bentuk kalimat yang menyakitkan atau menuduh, tetapi juga dari sikap yang terlalu tergesa-gesa untuk berkomentar. Amsal 25:11, terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari, menyatakan bahwa pendapat yang diutarakan dengan tepat pada waktunya seperti buah emas di dalam pinggan perak.

Ayat itu menunjukkan bahwa komentar di situasi yang sesuai atau tepat merupakan respons yang baik. Adakalanya orangtua perlu berperan sebagai pendengar dan penikmat dari kisah petualangan yang dilihat, dirasakan, dan dialami oleh anak.

Tangkaplah pengertian bahwa anak tetap belajar sesuatu melalui pengalaman yang berbeda dari sudut pandang orang dewasa. Itulah yang dimaksud dengan perkataan positif tanpa kata-kata, yaitu: sikap dan tindakan yang mendengarkan dengan saksama terhadap pesan yang disampaikan oleh anak melalui cerita-ceritanya.

IPEKA Counseling Center

Daftar Pustaka:

  • Bloch, D., & Merritt, J. (2006). Kekuatan Percakapan Positif(A. Febriani, Penerj.) (O. Silaban & L. Saputra, Ed.). Batam: Karisma Publishing Group.
  • Are woman really more talkative than man?(2007). Retrieved Maret 17, 2014, from  http://www.sciencemag.org/content/317/5834/82.abstract

Related News

Kunjungan Re-Akreditasi ACSI-WASC ke IPEKA INTEGRATED Christian School

Dalam upaya berkelanjutan untuk mempertahankan standar pendidikan yang tinggi, IPEKA Integrated Christian School (IICS) baru-baru…

Menerapkan Strategi Good Cop-Bad Cop dalam Parenting

Dalam perjalanan membesarkan anak, orang tua sering kali mencari strategi yang efektif untuk mendidik dan…

Kunci Sukses Membangun Generasi Unggul bersama IPEKA

Dalam perjalanan mendidik anak menjadi individu yang sukses, percaya diri, dan penuh empati, seringkali kita…

Di Balik Lampion Merah: Menguak Keajaiban Perayaan Tahun Baru Imlek

Menyambut datangnya Tahun Baru Imlek, komunitas Tionghoa di seluruh dunia bersiap untuk merayakan momen yang…