Mengatasi Persaingan Kakak Adik
Ini boneka adik! Jangan dipegang! ujar Mira pada Mona, kakaknya.
Bukan, ini boneka kakak! Mona memegangi bonekanya itu kuat-kuat.
Itu punya adik..ujar Mira.
Enggak, adik nakal!! Teriak Mona, sang kakak.
Mira pun memukul kakaknya sambil menarik boneka yang di pegang Mona. Mona pun mulai menangis. Tapi ia tak mau diam saja, Mona langsung membalas adiknya. Merekapun saling memukul, menendang, dan sama-sama menangis!
Kemudian sang Ibu datang dan berkata Mona, itu kan boneka adik, ayo cepat kasih bonekanya ke adik.
Lalu Mona menjawab dengan ketus Selalu saja adik yang dibelikan boneka, aku tidak!
Pernahkah putra-putri Anda mengalami pertengkaran harian seperti ini ? pertengkaranpun kerap dibumbui perilaku buruk anak. Saling berteriak, bahkan sampai melakukan kontak fisik seperti saling memukul, mencubit, dan sebagainya.
Pertengkaran seperti ini kerap membuat khawatir orang tua. Keadaan bisa bertambah panas jika si kecil dibelikan boneka dan kakaknya tidak. Bisa jadi, suatu ketika boneka sang adik dibuang ke tempat sampah oleh si kakak karena cemburu. Wajarkah demikian?
Pada praktiknya, persaingan antar saudara kandung (atau yang dikenal dengan istilahsibling rivalry), baik saudara laki-laki ataupun perempuan tak dapat terelakkan. Orang tua sering dibuat pusing dengan persaingan anak-anak mereka.
Tetapi menurut Signe Whitson seorang terapis anak dan remaja, ada sisi baik dalam sibling rivalry yang dapat dimanfaatkan oleh orang tua untuk mengembangan kepribadian anak-anak mereka, yaitu :
1. Pemecahan Masalah
Konflik merupakan sesuatu yang tidak terhindarkan dalam relasi antar manusia. Ketika terjadi Sibling rivalry maka umumnya akan terjadi konflik dalam relasi antara saudara kandung. Ketika mengalami konflik inilah, anak sebenarnya dapat belajar bagaimana mengelola dan mengatasi konflik tersebut (manajemen konflik). Kemampuan manajemen konflik yang telah dipelajari ini diharapkan akan berguna bagi relasinya yang lain di kemudian hari. Orang tua dapat melatih kemampuan manajemen konflik anak dalam hal kemampuan untuk dapat bersikap tenang ketika konflik terjadi, kemampuan menjelaskan duduk masalah yang terjadi secara jujur dan seimbang, dan kemampuan merumuskan solusi yang tepat untuk mengatasi konflik tersebut.
2. Kontrol Diri
Ketika mengalami konflik dengan orang lain, maka unsur menonjol yang terlibat adalah emosi atau perasaan. Pada saat anak mengalami konflik dengan saudara kandungnya maka anak dapat belajar untuk mengontrol emosinya. Anak dapat belajar mengendalikan dorongannya untuk marah dan melakukan tindakan yang agresif kepada pihak lain satu sama lain. Kemampuan melakukan regulasi emosi ini merupakan salah satu aspek yang penting dalam menumbuhkan kecerdasan emosi pada anak.
3. Mendengarkan dan Empati
Apakah Anda pernah melihat anak-anak Anda berbicara yang cukup lama dengan saudara kandungnya? Pada awalnya, Anda akan menganggap mereka sedang bermain, tapi kemudian Anda baru menyadari bahwa mereka sedang memecahkan masalah mereka sendiri. Konflik dalam relasi dengan saudara kandung dapat menjadi media anak belajar untuk mendengarkan orang lain, berempati dan memahami sudut pandang orang lain. Disini baik kakak maupun adik bisa menjadi guru yang terbaik bagi satu sama lainnya.
Dengan demikian, konflik dalam relasi antara kakak-adik tidak selalu merupakan hal yang buruk. Terjadinya konflik tersebut, dapat menjadi media bagi anak untuk belajar mengenai kehidupan yang sesungguhnya, yakni bagaimana seharusnya mereka berinteraksi dengan orang lain dalam dunia di luar keluarga mereka.
Novianti Octora, S,Psi.
IPEKA Counseling Center