Tolong Jangan Bandingkan Aku
“Tuh kan… apa mama bilang.. coba tuh kamu contoh kakak kamu….”
“Masa’ kamu cuma dapet 80? Si A aja dapet 100..”
“Mama seneng banget deh kalo kamu bisa ranking 1 kayak si B sepupu mu itu…”
“Kakak rajin sekali yaaa.. ga seperti adik yang ga mau belajar..”
Pernahkah anda mendengarkan pernyataan di atas? Atau bahkan pernah mengatakannya pada anak anda? Sebagian orang tua berpikir perlu menggunakan kalimat-kalimat seperti di atas, khususnya untuk mendorong anak. Kalimat tersebut dipandang sebagai kalimat motivasi yang akan langsung mengeluarkan sebuah keajaiban, yaitu prestasi dan tingkah laku anak yang lebih baik.
Tapi tahukah Anda, sebenarnya kalimat-kalimat tersebut tidak tepat untuk diberikan kepada anak. Alih-alih memotivasi anak, kalimat tersebut justru akan meruntuhkan motivasi dan rasa percaya diri anak. Kalimat tersebut juga mengesankan orang tua tidak menyadari dan tidak menghargai keunikan tiap anak, ataupun tidak mengasihi anak secara utuh.
Apabila dilihat dari sudut pandang anak, kalimat tersebut akan menggambarkan kasih orang tua yang bersyarat, dan anak akan mengartikan “mama/papa sayang sama aku asal….”. Akibatnya, saat kalimat tersebut digunakan, relasi orang tua dengan anak akan merenggang. Selain itu, anak juga dapat merasa “jealous” terhadap orang yang dibandingkan padanya. Bahkan tidak menutup kemungkinan adanya persaingan yang negatif di antara mereka.
Oleh karena itu, alangkah baiknya orang tua tidak memotivasi anak dengan cara membandingkan anak dengan pribadi lain. Motivasilah anak anda dengan cara yang lebih bijak, seperti:
- Bicaralah secara lugas dan tersurat akan apa yang ingin Anda sampaikan.
Misalnya:
Daripada: “Papa senang sekali deh kalo kamu bisa ranking 1 kayak si B sepupu mu itu…”
Lebih baik: “melihat hasil belajarmu kali ini, papa rasa kamu harus lebih disiplin dan rajin dalam belajar.” - Berikanlah solusi dan bukan tuntutan.
Misalnya:
Daripada: “kakak rajin sekali yaaa.. ga seperti adik yang ga mau belajar..”
Lebih baik: “mama rasa, kamu perlu menetapkan prioritas, kapan waktu belajar dan kapan waktunya bermain. Mari kita buat kesepakatan jadwal belajar, dan mama minta kamu berusaha untuk menepatinya.” - Jika ingin meminta anak menyelesaikan suatu tugas, jangan lupa memberitahu alasan kenapa kita memintanya.
Misalnya:
Daripada: “Tuh kan… apa mama bilang.. coba tuh kamu contoh kakak kamu….”
Lebih baik: “Ayo bereskan meja belajarmu, kalo tempat belajar kamu rapi, kamu akan lebih nyaman belajar…” - Saat memberikan kata-kata motivasi, usahakan tidak mengkaitkannya dengan orang lain.
Misalnya:
Daripada: “ayo pertahankan prestasimu, jangan sampe kayak si A tuh.. dia nilainya jadi jelek loo..”
Lebih baik: “Kamu hebat sekali, pertahankan prestasimu ya…”
Selain itu, alangkah baiknya orang tua tidak lupa menampilkan gestur tubuh yang menunjukkan rasa sayang, misalnya: sambil merangkul atau menepuk pundak anak. Bahasa tubuh kerapkali lebih berbicara daripada apa yang Anda katakan. Gestur tubuh yang tepat akan memperkuat pesan Anda kepada anak dan tentu saja anak akan semakin termotivasi dengan melihat gestur Anda. Mari kita memberikan dorongan kepada anak dengan cara-cara yang lebih bijak dan membangun. Memotivasi anak Yes! Membandingkan anak No!
Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu,
supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.
Efesus 4:29
Mutiara Mei Permata, S.Psi.
IPEKA Counseling Center