Pendekatan Mendisiplinkan Anak Sesuai Usia

Pendekatan Mendisiplinkan Anak Sesuai Usia

Mengajarkan anak-anak tentang kedisiplinan berapapun usia mereka merupakan hal yang penting bagi perkembangan mereka. Lewat kedisiplinan, anak belajar konsep "benar" dan "salah".  Namun orang tua perlu melakukan pendekatan yang tepat dalam mendisiplinkan anak. Inilah yang dikatakan seni dalam mendisiplinkan anak, karena orang tua perlu pendekatan dengan cara yang berbeda-beda, selain itu orang tua pun perlu konsisten dalam menerapkan aturan dalam hal disiplin. 

Berikut beberapa pendekatan yang dapat orang tua lakukan dalam mendisiplinkan anak sesuai dengan usia mereka:

  • Usia 0-2 tahun
    Anak usia 0-2 tahun melakukan semua hal yang membuatnya penasaran, seperti: memegang berbagai benda, melempar barang ke lantai, mencubit, menendang untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Memberikan hukuman tidak akan membuatnya mengerti bahwa tindakan yang dilakukannya salah. Kita bisa melakukan cara yang efektif dengan mengatakan “Tidak” saat ia melakukan hal yang tidak benar.
    Dikutip dari kidshealth.org, orang tua juga menjalani disiplin dengan cara “timeout”. Anak yang memukul contohnya melempar barang atau menggigit harus diberi tahu mengapa perilaku mereka salah. Bawa mereka ke area “timeout” yang telah ditentukan seperti duduk di kursi di pojok ruangan selama 1-2 menit untuk menenangkan diri mereka.
    Orang tua juga perlu ingat pada usia ini anak suka mencontoh perilaku orangtuanya. Oleh karena itu, pastikan orangtua tidak memberikan hukuman fisik karena ia akan dapat mencontohnya di kemudian hari.
  • Usia 3-5 tahun
    Di masa ini anak sudah bisa berkomunikasi dan mulai mengerti konsekuensi dari tindakan yang dilakukannya. Oleh karena itu, cara yang tepat untuk mendisiplinkannya adalah dengan memberi aturan yang jelas dan memberi konsekuensi bila aturan tersebut dilanggar.
    Pastikan orang tua mengkomunikasikan aturan yang telah ditetapkan di rumah. Jelaskan kepada anak-anak apa yang orang tua harapkan dari mereka sebelum kita memberikan hukuman. Orang tua harus jelas memberikan aturan dan konsekuensinya. Contohnya: apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak, dan bagaimana jika itu dilanggar, konsekuensi apa yang akan diterima oleh anak.
  • Usia 6-8 tahun
    Pada usia ini, terapkan aturan yang jelas dan konsekuensi bila aturan tersebut tidak dipatuhi. Bedanya anak usia 6-8 tahun lebih sering menentang. Seringkali ia melanggar aturan dan tidak mau mengikuti konsekuensi yang ditetapkan. Bila hal tersebut terjadi, orangtua harus tetap konsisten dengan aturan yang dibuat dan jangan memberikan hukuman fisik.
    Sekali lagi, konsistensi sangatlah penting. Tepati setiap janji disiplin dan konsekuensi yang telah kita buat. Anak-anak akan melihat bahwa orang tuanya bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakan.
  • Usia 9-12 tahun
    Saat ini anak sudah lebih dewasa dan sudah mulai mengerti aturan dan disiplin yang baik bagi dirinya. Orang tua mulai tidak perlu membuat sanksi bila anak tidak disiplin, melainkan bisa membiarkan anak mengalami ‘konsekuensi alami’.
    Saat anak mulai dewasa, mereka mulai belajar kemandirian dan tanggung jawab, mengajari mereka untuk menghadapi konsekuensi dari perilaku mereka adalah metode disiplin yang efektif dan tepat.
    Misalnya, saat anak yang berusia kelas 6 SD tidak mau mengerjakan tugas dari sekolah sekalipun orang tua sudah mengingatkannya. Orang tua tidak perlu memberinya sanksi, melainkan mengizinkan anak mendapat ‘konsekuensi alami’, yaitu ditegur gurunya di sekolah.

Related News

Pendaftaran Murid Baru Tahun Pelajaran 2025/2026 di IPEKA INTEGRATED Christian…

Pendaftaran untuk murid baru Tahun Pelajaran 2025/2026 kini telah dibuka di Sekolah Kristen IPEKA! ☀️…

IPEKA Integrated Christian School Menyambut Tim Misi Dallas Chinese Baptist…

Pada 16 Juli 2024, IPEKA Integrated Christian School (IICS) dengan gembira menyambut kunjungan dari Tim…

Selamat Ulang Tahun ke-45 Sekolah Kristen IPEKA!

Dalam rangka memperingati ulang tahun ke-45 Sekolah Kristen IPEKA, kami merefleksikan perjalanan luar biasa yang…

Dampak AI dalam Pendidikan: Meningkatkan Pembelajaran di Sekolah Kristen

Kecerdasan Buatan (AI) merevolusi pendidikan dengan menawarkan alat dan solusi inovatif yang meningkatkan pengalaman belajar.…